Sunday, January 11, 2009

Bayi Yang Tertawa

oleh Radhar Panca Dahana

Karakter

LELAKI 1 : Seseorang dengan pembawaan yang agresif, high-profile, penuh percaya diri, berperawakan sukses, walau tidak terlalu menonjolkan diri. Bisa jadi ia seorang pengusaha sukses, yang melihat semua dalam ukuran dan standar kerjanya, dalam logika dagang kelontongnya saja. Termasuk ketika ia melakukan pendekatan pada Wanita 1, satu-satunya hal di dunia ini yang ia butuhkan, ketika semua yang mungkin telah ia miliki. Segala cara segala bujuk rayu segala tawaran ia berikan untuk mendapatkan Wanita 1 yang tampak begitu ia segani. Retorika lelaki ini tidak jauh berkisar dari logika: “ Semua akan bisa kuraih sedikit pengorbanan (cost) pada mulanya, dan sejumlah besar keuntungan (profit) pada akhirnya.” Contoh: “Wahai wanitaku, aku mengerti mengapa kamu tidak ingin bicara. Kediaman yang sebenarnya menyimpan hasrat, memendam keinginan dan nafsu. Itu biasa. Lumrah. Siapa manusia yang tak bernafsu pada kenikmatan. Percayalah, hanya aku yang bisa memenuhi semua hal itu. Bukan hanya karena aku memiliki semua untuk memenuhi keinginanmu itu. Bahkan jika pun harus kukorbankan hal yang paling berharga dari diriku: semua investasi dan deposito, anak, keluarga, istriku sendiri, negara ini, bahkan kemaluanku sendiri? Ambillah.” (Tersenyum culas)
LELAKI 2 : Satu karakter yang terkesan hampir tanpa dosa, tanpa rasa terguncang (dalam bahasa jawa manusia yang “ojo gumunan, ojo kagetan, ojo dumeh”). Tenang, calm, tegar, berpenampilan baik bahkan menawan dan tidak banyak antawacana. Jika pun bicara –yang tak banyak sama sekali atau mungkin tidak sama sekali—ia selalu memperlihatkan optimisme bahwa “semua baik-baik saja”. Namun sembunyi-sembunyi, tanpa diketahui siapa pun, ia kerap menangisi kelemahannya fundamental. Setiap ia menyalakkan optimisme, di detik berikutnya ia mengerang, mengeluh bahkan mengejan rasa sakit, rasa mandul, rasa tidak berdaya, dsb. Begitulah sikapnya pada Wanita 1, istrinya sendiri. Di depan orang yang paling mengenalnya itu, ia pun masih bersikap sama. Membuat Wanita 1 sebenarnya merasa jenuh.. Tapi dialah pemimpin dari semua. Yang begitu lemahnya, sehingga ia tak bisa berbuat apa-apa, saat Lelaki 1 –yang tak lain adalah partnernya sendiri-- merayu istrinya. Lelaki ini impoten (baca: inkompeten).

WANITA 1 : Seorang perempuan –ibu, wanita penguasa, istri-- dengan karakter yang sesungguhnya –atau mungkin tampaknya—kuat. Dunia yang kompleks, galau, tampak bergejolak dalam tubuh, hati, dan pikirannya. Namun ia bergeming dalam kediaman, dalam gerak yang sangat kecil, seperti penari kraton yang memainkan gerak alam (lambat tapi pasti). Ia memperhatikan semua dengan seksama walau tampaknya tak acuh. Ia begitu perkasa, walau hatinya penuh goda. Ia melihat suami, Lelaki 2, sebagai keterlanjuran hidup yang harus ia pikul. Ia jemu, tak lagi percaya, dan ingin pergi dari suaminya. Namun ia tak mampu, (terpaksa) tidak mau. Ia sangat tergoda Lelaki 1, tapi tak ingin memperlihatkannya. Senyumnya terbit beberapa kali justru untuk menyembunyikan galau dan duka hatinya. Saat ia melihat dan mendengar Lelaki 1, saat melihat Wanita 2 datang sebagai madunya secara tiba-tiba, saat menikmati Lelaki 3 sebagai lelaki yang menjadi malaikatnya, saat ia menyadari ia adalah fokus dari cerita ini, walau ternyata kesadaran itu terlambat datangnya.

WANITA 2 : Wanita sungguh rupawan, dengan seluruh bagian tubuhnya memiliki daya hisap pada siapa pun yang merasa mampu menikmatinya. Bahkan semut pun berbondong mengiringi langkahnya. Ia datang hanya untuk mengabarkan: adakah lelaki yang tak jatuh di pangkuan lembut dan hangatnya? Termasuk Lelaki 2, sang pemimpin besar. Di pangkuan Wanita ini, ketegaran, performance mempesona, optimisme dan ketenangan Lelaki 2 hancur, dalam buaian, dalam tangisan, atau kelakukan kanak-kanak. Sebagai madu yang muncul tiba-tiba di hadapan Wanita 1, ia sangat percaya diri, berhadapan dengan bisu dan kebatuan Wanita 1. Dua karakter yang bertemu pada situasi yang saling menghancurkan. Karena Wanita 2 ini pun sebenarnya juga hancur di dalam. Ia hanya istri simpanan dari Lelaki 3, malaikat semua wanita. Ia bisa menaklukan semua lelaki, tapi di hadapan Lelaki 3 ia hanya pelayan, yang meliukkan tubuhnya di sekujur tubuh Lelaki 3 tanda totalitas penyerahan dirinya. Pada Lelaki 3 ini, akhir cerita, wanita penuh daya pesona ini berbagi dengan rela bersama Wanita 1. (Wanita juga tak banyak bicara, namun sekali bicara ia seperti mengajak semua untuk masuk ke dalam dunianya. Bahkan elahan nafasnya pun dapat mencabut nyawa sembarang lelaki).

LELAKI 3 : Ia muncul hampir di bagian belakang cerita, sebagai sesuatu yang ajaib dan sulit terdefenisikan. Bagi wanita ia adalah mangkuk tempat semua harapan dituangkan. Bagi para lelaki ia adalah sesuatu yang tak diperbandingkan, tak dapat dijadikan saingan. Semacam penyerahan yang misterius. Dewakah ia? Kedatangannya langsung merenggut Wanita 1 dan 2 dari harapan semua lelaki, bahkan dari harapan-harapannya sendiri. Ia tersenyum, bukan karena rasa menang. Tapi seperti rasa paham yang aneh. Semacam daya takluk yang tersembunyi begitu kuat. Daya pesonanya begitu kuat hingga punya kekuatan mematikan. Satu kata saja dari dia, wanita-wanita siap mati untuknya. Satu gerak saja, membuat semua lelaki frustrasi. Hidup tampaknya harus berakhir dengan bertahannya eksistensi lelaki ini.



0 comments:

Post a Comment